Pengaruh Lemak Terhadap kesehatan

Minggu, 25 September 2011

Laporan parasitologi semester 4

PEMERIKSAAN JENTIK NYAMUK
I. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui morfologi jentik nyamuk

II. Metode
Metode praktikum ini dengan menggunakan sediaan basah

III. Prinsip
Jentik diletakkan pada petridish kemudian dilaruti kloroform sampai jentik mati. Seekor jentik ditaruh pada objek gelas dengan posisi telungkup, kemudian diperiksa dengan mikroskop perbesaran 10x.

IV. Dasar Teori
Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Afrika Timur, kemudian menyebar kearah timur dan barat, di daerah tropis dan subtropis pada batas lintang 40¬o lintang utara dan 40¬o lintang selatan (anonim, 2010).
Nyamuk ini tersebar luas di daerah tropis dan subtropis di asia tenggara, terutama di daerah perkotaan. Penyebaran nyamuk kelingkungan pedesaan disebabkan adanya perbaikan sarana transportasi dan pengembangan sarana suplai air sampai kepedesaan(anonim, 2010).
Ketinggian dari pemukaan laut merupakan faktor yang paling penting bagi penyebaran nyamuk Aedes aegypti. Di India, nyamuk Aedes aegypti berada pada ketinggian 0 – 100 meter dari permukaan laut. Di negara negara asia tenggara penyebarannya hanya sampai ketinggian 1500 meter(anonim, 2010).
Daur hidup meliputi dari telur sampai dewasa :
Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna meliputi stadium telur-larva-pupa-dewasa selama pertumbuhan. Nyamuk mempunyai perbedaan morfologi yang jelas disertai perbedaan biologi (temapt hidup dan makanan) antara tingkat muda dan dewasa. Telur sebanyak 30-300 butir diletakan satu persatu pada dinding pada tempat perkembangbiakannya dan akan menetas dalam 2-3 hari. Telur dapat bethan hidup dalam keadaan kering selama berbulan-bulan dan akan menetas jika terkontak air(anonim, 2010).
Telur menetas akan menjadi larva instar-1, selanjutnya akan mengalami 3 kali moulting yang akan tumbuh dan berkembang sampai dengan instar-4. Larva instar-4 akan mengalami ekdisis atau pupotion selanjutnya kan berkembang menjadi pupa(anonim, 2010).
Pupa merupakan stadium tidak makan dan sebagian besar waktunya dihabiskan dipeermukaan air untuk mengambil udara melalui terompet respirasinya. Periode pupa di daerah tropik selama 2-3 hari, sedangkan di daerah subtropik dapat mencapai 9-12 hari. Nyamuk dewasa setlah muncul dari pupa, beberapa hari kemudian akan mencari pasangan untuk melalukan perkawinan. Umur nyamuk betina 8-15 hari, nyamuk jantan 3-6 hari. Nyamuk betina menghisap darah manusia dan karbohidrat tumbuh-tumbuhan, sedangkan nyamuk jantan hanya menghisap sari tumbuh-tumbuhan saja. Diduga karbohidrat dari tumbuh-tumbuhan untuk sintesis energi untuk kehidupan sehari-hari, sedang darah manusia untuk reproduksi(anonim, 2010).

Morfologi(anonim, 2010)
Telur berwarna putih saat pertama kali di keluarkan, lalu menjadi coklat kehitaman. Telur berbenuk oval, panjang kurang lebih 0,5 mm, dan di letakan di dinding wadah.
Telur menetas menjadi larva. Toraks larva nyamuk lebih lebar dari kepalanya. Kepalanya berkembang baik dengan antena dan mata majemuk, serta sikat mulut yang menonjol. Abdomen terbagi dalam 10 ruas dan hanya 9 ruas yang jelas, dan ruas terakhir dilengkapi dengan tabung udara (sifon) yang bentunnya silinder. Pada sifon terdapat satu pasang Subventratuft, dan pada perut ruas terakhir mempunyai sederet comb (gigi sisir). Larva berubah menjadi pupa. Pupa nyamuk berbentuk koma, kepala dan torak menjadi satu membentuk sefalotoraks dengan sepasang trompet respirasi pada bagian dorsa. Jika ada gangguan pupa akan bergerak ke atas dan kebawah dengan gerakan yang menyentak-nyentak.
Pupa berubah menjadi nyamuk dewasa. Aedes aegypti dapat di bedakan dengan nyamuk lain dengan melihat ujung abdomen meruncing dan emmpunyai sersi yang menonjol. Bagian mesonotum terdapat rambut post spirakel. Corak putih pada dorsal dada Aedes aegypti berbentuk seperti alat musik harpa putih (WHO, 1999) sedangkan Aedes albopictus berbentuk lurus. Nyamuk mempunyai probosis berwarna gelap pada bagian kepala yang panjangnya melibih panjang kepala. Probosis nyamuk betina digunakan untuk menghisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan hanya untuk bahan-bahan cair seperti cairan tumbuhan dan buah-buahan. Palpus terdapat dikiri ndan kanan probosis yang terdiri atas 5 ruas dan sepasang antena yang terdiri dari 15 ruas. Antena pada nyamuk jantan berambut lebat (plumose) dan pada nyamuk betina jarang (pilose). Sayap nyamuk panjang dan langsing mempunyai vena yang permukaannya ditumbuhi sisik-sisik sayap yang letaknya mengikuti vena. Nyamuk mempunyai 3 pasang kaki (heksapoda) yang melekat pada toraks dan tiap kaki terdiri atas 1 ruas femur, 1 ruas tibia, dan 5 ruas tarsus.

Bionomik(anonim, 2010)
Aedes aegypti berkembangbiak di dalam tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, drum, vas bunga, dan barang bekas yang dapat menampung air hujan di daerah urban dan suburban. Aedes albopictus juga demikian tetapi biasanya lebih banyak terdapat di luar rumah. Nyamuk Aedes aegypti lebih suka mengigit pada dearah terlindung seperti di sekitar rumah. Aktivitas mengigit mencapai puncak pada saat perubahan intensitas cahaya tetapi bisa mengigit sepanjang hari dan tertinggi sebelum matahari terbenam. Jarak terbang pendek yaitu 50-100 meter kecuali terbawa angin. Nyamuk akan istirahat pada tempat-tempat yang gelap dan sejuk apabila sudah menghisap darah, sampai proses penyerapan darah untuk perkembangan telur selesai. Nyamuk akan mencari tempat berair untuk meletakan telurnya, kemudian bertelur dan kemudian nyamuk akan mulai mencari darah lagi untuk siklus bertelur berikutnya.

V. Alat dan Bahan
A. Alat
a. Mikroskop
b. Slide
c. Petridish
d. Objek gelas
e. Cover gelas
f. Beaker gelas
g. Lup
h. Pipet tetes
B. Bahan
a. Klorofom
b. Aquadest
c. Kapas
d. Tissue

VI. Cara Kerja
a. Jentik pada botolminuman dikurangi airnya
b. Jentik ditaruh pada petridish
c. Dituangi klorofom yang bertujuan untuk membunuh jenti
d. Dipindahkan dengan pinset
e. Ditaruh diatas objek gelas dengan posisi telungkup









VII. Data Hasil Praktikum
Praktikum ini menggunakan 9 preparat Ditemukan jentik aedes aegypti pada semua preparat.






VIII. Pembahasan
Pada praktikum pemeriksaan jentik nyamuk, praktikan menemukan jentik nyamuk aedes dimana morfologi tubuhnya terdairi dari pecten, comb scale, sifon. Pada sifon terdapat satu pasang bulu. Pada abdomen dijumpai bulu-bulu kecil. Sifon pada tubuh jentik berfungsi sebagai corong udara. Comb scale pada jentik bisa mempermudah untuk membedakan antara jentik anopeles, aedes dan culex karena hanya jentik nyamuk aedes yang memiliki comb scale.
Praktikum ini menggunakan klorofom yang bertujuan untuk membunuh jentik tetapi tidak merubah morfologi tubuh jentik, ketika klorofom dilarutkan pada jentik, jentik akan pingsan dan kemudian mati. Penempatan jentik dengan posisi telungkup pada objek gelas bertujuan agar pada saat dilihat di mikroskop jentik tampak berdiri sehingga mempermudah dalam melakukan identiikasi jentik nyamuk.
Menurut Uli dalam airtikelnya yang berjudul aedes aegypti menuliskan pada stadium larva (jentik), kelangsungan hidup jentik dipengaruhi oleh suhu, pH, air perindukan, makanan, kepadatan larva, kekeruhan serta adanya predator. Ditempat perindukannya, larva aedes tampak bergerak aktif, dengan memperlihatkan gerakan-gerakan naik ke permukaan air dan turun ke dasar secara berulang-ulang. Pada saat larva mengambil oksigen dari udara, larva menempatkan shiponnya di permukaan air sehingga abdomennya terlihat menggantung pada permukaan air seolah-olah badan larva berada dalam posisi membentuk sudut dengan permukaan air. Larva aedes aegypti dapat hidup di air ber-pH 5,8 – 8,8 dan tahan terhdap air dengan kadar garam 10-59,5 mg/L. Larva aedes aegypti instar IV dalam kurun waktu lebih dari 2 hari berganti kulit dan tumbuh menjadi pupa.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan nyamuk antara lain:
a. Iklim
Nyamuk Indonesia sudah beradaptasi terhadap lingkungan dan iklim dengan kelembaban tinggi. Nyamuk tumbuh optimum pada suhu 25-270C. Pertumbuhan terhenti pada suhu 400C. Umumnya nyamuk tidak dapat bertahan lama bila suhu lingkungannya meningkat 5-60C. Kelembaban kurang dari 60% dapat memperpendek umur nyamuk
b. Hujan
Hujan mempengaruhi perkembangan nyamuk melalui 2 cara yaitu meningkatkan kelembaban nisbi udara dan menambah jumlah tempat perkembangbiakan nyamuk. Curah hujan yang lebat akan membersihka nyamuk, sedangkan curah hujang sedang tetapi jangka waktunya lama dapat memperbesar kesempatan nyamuk berkembangbiak
c. Angin
Angin mempengaruhi evaporasi air dan suhu udara. Nyamuk mulai masuk perangkap pada kecepatan kurang dari 5,4 m/detik
d. Tumbuhan
Tumbuhan sebagai tempat peletakkan telur. Aedes aegypti senang meletakkan telur pada tumbuhan terapung atau menjulang di permukaan air

IX. Kesimpulan
Pada praktikum ini ditemukan jentik aedes aegypti dengan morfolgi: ditemukan com scale, pada abdomen ditumbuhi bulu, sifon tumpul dan pecten.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010. Aedes Aegypti. http://www.wikipedia.org. Diakses tanggal 11 februari 2011. Denpasar
Uli.2010. ORAET LA BORA. http://Ycireyellow.blogsopt.com. Diakses tanggal 15 februari 2011. Denpasar








PRAKTIKUM BEDAH NYAMUK
I. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati morfologi nyamuk terutama indung telur nyamuk

II. Metode
Metode yang digunakan adalah metode secara seksio

III. Prinsip
Ditetesi air pada gelas obyek, nyamuk diletakkan di obyek gelas.Dilakukan pembedahan dibawah mikroskop. Dipisahkan antara segmen ke 8 dengan torak dan abdomen. Dicari indung telur, kemudian diamati.

IV. Dasar Teori
Nyamuk Aedes albopictus
Nyamuk A. albopictus memiliki kesamaan morfologi dengan A.aegypti. Perbedaan keduanya terletak pada garis putih yang terdapat pada bagian scutumnya. Scutum A.albopictus berwarna hitam hanya berisi satu garis putih tebal di bagian dorsalnya (Gandahusada, 1998).
Nyamuk betina aktif di luar ruangan yang teduh dan terhindar dari angin. Nyamuk ini aktif menggigit pada siang hari. Puncak aktivitas menggigit ini bervariasi tergantung habitat nyamuk meskipun diketahui pada pagi hari dan petang hari (Lestari, 2009).

Nyamuk Anopheles
Sering orang mengenalnya sebagai salah satu jenis nyamuk yang menyebabkan penyakit malaria. Ciri nyamuk ini adalah hinggap dengan posisi menukik atau membentuk sudut Warnanya bermacam-macam, ada yang hitam, ada pula yang kakinya berbercak-bercak putih. Waktu menggigit biasanya dilakukan malam hari (Gandahusada, 1998).
Aktivitas menggigit nyamuk Anopheles di dalam rumah terjadi peningkatan pada pukul 23.00 WIB kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul 02.00 dan 03.00 dini hari, sedangkan aktivitas menggigit di luar rumah terjadi peningkatan pada pukul 24.00 WIB dan kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul 05.00 dini hari.(Rosa, 2009)

Nyamuk Culex quinquefasciatus
Nyamuk C. quinquefasciatus memiliki tubuh berwarna kecokelatan, proboscis berwarna gelap tetapi kebanyakan dilengkapi dengan sisik berwarna lebih pucat pada bagian bawah, scutum berwarna kecoklatan dan terdapat warna emas dan keperakan di sekitar sisiknya. Sayap berwarna gelap, kaki belakang memiliki femur yang berwarna lebih pucat, seluruh kaki berwarna gelap kecuali pada bagian persendian. (Lestari, 2009).
Nyamuk C. quinquefasciatus bisa hidup baik di dalam maupun luar ruangan (Russel, 1996). Spesies ini sering ditemukan di dalam rumah dan nyamuk betina merupakan nyamukyang aktif pada malam hari. Nyamuk ini lebih menyukai menggigit manusia setelah matahari terbenam (Lestari, 2009).

V. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Objek gelas
2. Pinset bedah nyamuk
3. Mikroskop
4. Jarum seksi

B. Bahan
1. Nyamuk
2. Akaudes
3. Klorofom

VI. Cara Kerja
1. Obyek gelas ditetesi air
2. Obyek gelas diisi nyamuk
3. Dilakukan pemebedahan dibawah mikroskop
4. Dipegang thorax nyamuk dengan jarum seksio pada tangan kiri
5. Dicari segmen ke 7,8 ditusuk dengan jarum seksi pada tangan kanan
6. Ditarik pelan-pelan ke belakang
7. Dikeluarkan indung telur
8. Sampah-sampah yang tidak dipakai dibuang (thorax dan abdomen yang telah terlepasdari segmen ke 7,8)
9. Indung telur akan terlihat
10. Ditutup dengan cover gelas
11. Diamati

VII. Data Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan praktikum ini adalah:
Diperiksa 2 nyamuk sebagai berikut:
a. Nyamuk 1 tidak ditemukan indung telur
b. Nyamuk 2 ditemukan indung telur








VIII. Pembahasan
Praktikum bedah nyamuk bertujuan untuk mengetahui indung telur nyamuk, melalui praktikum ini kita juga bisa mengamatai morfologi nyamuk, sehingga kita bisa membedakan nyamuk-nyamuk yang kita periksa, dimana kita memeriksa nyamuk anopheles, sayap tampang bergerigi.
Ketika praktikum, saat melepaskan segmen ke 8 harus ditarik secara perlahan, hal ini karena sifat organ yang dibedah sangat elastis/kenyal, agar organ-organ tersbut tidak mengalami kerusakan.
Praktikum kedua ditemukan nyamuk yang satu tidak ditemukan indung telur, hail ini kemungkinan nyamuk yang diperiksa adalah nyamuk jantan, karena ketika penangkapan nyamuk dilakukan dengan tangan, tidak melakukan penangkapan dengan umpan badan.
Nyamuk kedua ditemukan indung telur, indung telur ini agak hancur sehingga susah mengidentifikasi nyamuk tersebut pernah bertelur (nuli parous) atau belum pernah bertelur (parous).
Nyamuk belum pernah bertelur, indung telur nyamuk akan terlihat tampak agak kotor. Jika nyamuk sudah pernah bertelur maka tampak indung telur yang bersih.

IX. Kesimpulan
Melalui praktikum ini praktikan bisa memahami cara pembedahan nyamuk, didapat nyamuk anopheles. Praktikum selanjutnya digunakan 2 nyamuk, nyamuk 1 tidak ada indung telur dan nyamuk 2 ada indung telur yag agak rusak.

Dafar Pustaka
Anonim.2010. Nyamuk. http://www.scribd.com. Diakses tanggal 4maret 2010. Denpsar.











PEMERIKSAAN PINJAL
I. Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui morfologi jenis kelamin pinjal.

II. Metode
Dalam praktikum ini pengamatan dilakukan dengan pemeriksaan pinjal pada sediaan basah dibawah mikroskop.

III. Prinsip
Pinjal ditaruh pada objek glass dan ditutup dengan cover glass, kemudian diamati dibawah mikroskop.

IV. Dasar Teori
Dalam tubuh tikus terdapat ktu pinjal yang menempel pada bulu tikus. Pinjal mempnyai ciri-ciri sebagai berikut (anonim,2010):
1. Merupakan serangga kecil tanpa sayap dan badannya pipih lateral.
2. Abdomen terdiri dari 10 segmen dan 3 segmen terakhir membentuk kelamin
3. Metamorphosis sempurna
4. Mempunyai tujuh pasang spiracle (lubang infuse) atau stigma pada thorax
5. Antenanya pendek dan terdiri dari 3 segmen.
Pinjal mempunyai tahapan daur hidup, yaitu sebagai berikut (anonim,2010):
a. Tahap Telur
Seekor pinjal betina dapat bertelur 50 telur perhari di hewan peliharaan. Telurnya tudak lengket, mereka mudah jatuh dari tubuh hewan dan menetas dalam dua atau lima hari.
b. Tahap Larva
Setelah menetas, larva akan menghindar dari sinar kedaerah yang gelap sekitarnya, dan makan dari kotoran kutu loncat (darah kering yang dikeluarkan dari kutu loncat). Larva akan tumbuh, ganti kulit dua kali dan membuat kepongpong dimana mereka tumbh menjadi pupa.
c. Tahap Pupa
Lama tahap ini rata-rata 8 sampai 9 hari tergantung dari kondisi cuaca. Pupa tahap yang paling tahan dalam lingkungan dan dapat terus tidak aktif sampai satu tahun.
d. Tahap Dewasa
Pinjal dewasa keluar dari kepompongnya waktu mereka merasa hangat dan karbon dioksida yang menandakan ada host disekitarnya.
Ada empat jenis pinjal yaitu pinjal manusia (pulex Irritans), pinjal kucing, pinjal tikus (Xenopsylla cheopis) dan pinjal anjing. Pinjal terdiri dari dua famili yaitu famili Pulicidae dan family fungidae. Family Pulicidae salah satu genusnya yaitu genus Pulex. Yang penting dari genus ini adalah Pulex Irritans, disebut juga “human flea” atau pinjal orang. Pulex Irritans dapat menularkan penyakit “Plague” dimana hospesnya yang paling disukai dari spesies ini adalah anjing yang peka terhadap “plague” (Kayuni,2010).
Family yang kedua yaitu family tungidae genus tunga. Yang paling penting adalah tunga penetrans, asalnya dari Amerika Tengah dan Selatan. Tunga penetrans menyerang orang dan mamalia lainnya. Tunga betina dapat berpenetrasi kedalam kulit terutama daerah pangkal kuk jari tangan dan pada kaki diantara jari kuku (Kayuni,2010).
V. Alat dan Bahan
A. Alat-alat
1. Objek glass
2. Cover glass
3. Pinset

B. Bahan
1. Kloroform
2. Pinjal

VI. Cara Kerja
1. Pinjal ditaruh diatas objek glass.
2. Ditutup dengan cover glass.
3. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 10x

VII. Hasil Pengamatan
A. Praktikum I
Pada praktikum ini ditemukan jenis pinjal jantan (Cheopis) dan pinjal betina (Vexabilis hawallenensis)




























B. Praktikum II
Pada praktikum ini ditemukan jenis pinjal jantan (astia) dan pinjal betina (Vexabilis hawallenesis)





















VIII. Pembahasan
Pinjal adalah serangga dari ordo Siphonaptera berukuran kecil (antara 1,5-4mm), berbentuk pipih dibagian samping (dorso lateral). Kepala-dada-perut terpisah secara jelas. Pinjal tidak bersayap, berkaki panjang terutama kaki belakang, bergerak aktif diantara rambut inang dan dapat meloncat. Pinjal dewasa bersifat parasitik sedang predewasanya hidup disarang dan tempat berlindng.
Pada praktikum yang dilakukan pada praktikum pertama dan praktikum kedua (pemantapan), diamati pinjal dibawah mikroskop. Dilihat alat kelamin dari pinjal tersebut. Dari dua kali praktikum, didapatkan hasil yaitu ditemukan pinjal berkelamin betina dan jantan. Praktikum pertama, kelamin betina termasuk vexabilis hawallensis dan kelamin jantan yaitu cheopis. Sedangkan pada praktikum kedua, kelamin betina vexabilis hawallensis dan kelamin jantan yaitu astia. Kelamin jantan ada empat macam yaitu : Brasillensis, cheopis, astia dan vexabillis hawallensis. Sedangkan kelamin betina juga ada jenisnya yaitu : brasillensis, astia dan vexabilis hawallensis.

IX. Kesimpulan
1. Jenis-jenis pinjal yang didapat yaitu pinjal betina jenis vexabilis hawallensis dan pinjal jantan jenis cheopis dan astia.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011.pinjal.www.wikipedia.org
Karyuni.2004.Materi Entomologi.www.wordpress.com











PEMERIKSAAN LALAT
I. Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis lalat yang merupakan vektor penyakit

II. Metode
Dalam praktikum ini pengamatan dilakukan dengan menggunakan lup serta pengamatan mikroskopis dengan mikroskop

III. Prinsip
a. Pengamatan dengan lup
Dengan menggunakan lup, lalat akan Nampak diperbesar sehingga lebih mudah diidentifikasi
b. Pengamatan mikroskopis
Bagian-bagian lalat dan telur yang masih nampak kurang jelas dengan lup, diamati dengan mikroskop pada lensa objektif 4x untuk mendapatkan kenampakan yang lebih jelas.

IV. Dasar Teori
Dalam sediaan feses, ada empat jenis telur cacing yang biasa ditemukan yaitu: telur cacing gelang (Ascaris lumbricoides), telur cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale), telur cacing cambuk ((Trichuris trichiura) dan telr cacing pita (Taenia saginata dan Taenia solium).
Cacing gelang, hospes satu-satunya adalah manusia. Penyakit yang disebabkannya disebut askariasis. Seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000 sampai 200.000 butir sehari yang terdiri dari telur yang dibuahi dan yang tidak dibuahi. Telur yang dibuahi berukuran 60 x 45 mikron, yang tidak dibuahi 90 x 40 mikron. Menjadi bentuk infektif dalam waktu ± 3 minggu.
Cacing tambang menyebabkan penyakit nekatoriasis dan ankilostomiasis. Cacing betina N.americanus dan A.duodenale kira-kira mengeluarkan 9.000 dan 10.000 butir telur dalam sehari. Telur cacing tambang berukuran ± 60 x 40 mikron, berbentuk bujur dan berdinding tipis.
Cacing cambuk menyebabkan penyakit trikuriasis. Cacing betina dierkirakan menghasilkan 3.000-10.000 butir telur setiap hari. Telur berukuran 50-54 mikron x 32 mikron, berbentuk seperti tong dengan opperkulum jernih pada kedua kutubnya.
Cacing pita memiliki tubuh yang panjang yeng merupakan ruas-ruas proglotid. Baik Taenia saginata maupun Taenia solium memiliki ribuan telur yang tersimpan dalam proglotid. Telur bulat sempurna dan berdinding tebal. (Tjokronegoro.2003)

V. Alat dan Bahan
A. Alat-alat
1. Objek glass
2. Pinset
3. Lup
4. Mikroskop
B. Bahan
1. Kloroform
2. Lalat

VI. Cara Kerja
A. Pengamatan dengan lup
1. Amati lalat yang menempel pada kertas dengan lup
2. Identifikasi lalat tersebut sesuai dengan ciri-ciri yang ditemukan

B. Pengamatan mikroskopis
1. Tambahkan kloroform pada lalat yang belm mati
2. Lalat yang telah mati diletakkan pada objek glass
3. Preparat diletakkan pada meja sediaan
4. Sediaan diamati melalui lensa objektif 4x





VII. Hasil Pengamatan
A) Praktikum I (24 Maret 2011)
Pada praktikum ini ditemukan jenis lalat sebagai berikut:
1. Sarcophaga
Ciri-ciri: - Pada bagian dorsal terdapat tiga garis hitam
- Pada bagian pantat terdapat titik-titik hitam seperti papan catur











2. Musca domestica
Ciri-ciri: - pada bagian dorsal terdapat empat garis hitam
- Tubuh lalat berkuran sedang














3. Green bottle fly (Lucilia sp.)
Ciri-ciri: - Tubuh lalat berukuran besar
- Tubuh lalat berwarna hijau












4. Telur lalat green bottle fly
Ciri-ciri: - Telur berwarna putih susu
- Telur berbentuk seperti beras
















B) Praktikum II (31 Maret 2011)
Pada praktikum ini ditemukan jenis lalat sebagai berikut:
1. Green bottle fly (Lucilia sp.)
Ciri-ciri: - Tubuh lalat berwarna kehijauan
- Ukuran tubuh lalat besar dan mengkilap










2. Musca domesica
Ciri-ciri: - Ukuran kecil, torak berwarna kehitaman, terdapat garis melintang
- Pantat berwarna kecoklatan
- Pada sayap terdapat warna kekuningan














VIII. Pembahasan
Berdasarkan data hasil pengamatan pada praktikum I dan II berhasil diidentifikasi tiga jenis lalat yaitu; Sarcophaga, Musca domestica, Lucilia sp, serta ditemukan pla telur lalat Lucilia sp(Karyuni, 2004).
Musca domestica yang ditemukan memiliki cirri-ciri terdapat empat garis hitam pada bagian dorsal. Ciri-ciri ini sesuai dengan ciri-ciri yang disebutkan pada literatur yang menyebutkan lalat ini berwarna abu-abu kehitaman, mempunyai ukuran panjang 6-9mm dengan empat garis gelap di punggung rambut. (Karyuni.2004)
Musca domestica menyukai sisa-sisa organik misalnya sampah dapur, kotoran manusia/hewan, sisa makanan, dan lain-lain. Larva lalat rumah mempnyai tubuh yang terdiri dari 12 segmen, seekor induk lalat rumah akan menghasilkan telur sebanyak 120 btir setiap kali bertelur, semasa hidpnya yang dapat mencapai tiga bulan lamanya, seekor lalat betina dapat bertelur sebanyak 2400 kali dan dalam waktu satu hari telur lalat sudah dapat menetas. Sesudah berganti kulit 3 kali dalam waktu satu minggu, ia akan berbah menjadi pupa, yang dalam waktu 3-6 hari tumbuh menjadi lalat dewasa. Pada umur dua hari lalat sudah mampu bertelur. Musca domestica senang memaski rumah-rumah dan hinggap di alat-alat makan. Sebelum makan ia selalu memuntahkan cairan dari mlutnya untuk mengencerkan makanannya. Sesudah makan ia selalu buang air besar sehingga arthropoda ini menjadi penular utama penyakit-penyakit infeksi alat pencernaan.(Karyuni.2004)
Sarcophaga yang ditemukan pada pengamatan ini memiliki cirri-ciri ukuran besar dan pada bagian pantat terdapat titik-titik hitam. Ciri-ciri ini sesuai dengan cirri-ciri lalat Sarcophagidae yang disebutkan yaitu berukuran 10-15mm (lebih besar dari ukuran Musca domestica) dan pada permukaan dorsal dari abdomen terdapat gambaran yang mirip papan catur yang pada pengamatan ini dicatat sebagai titik-titik hitam. Ciri-ciri lain dari jenis lalat ini yaitu berwarna abu-abu dan ada juga yang berwarna coklat kehitaman dengan bintik-bintik kuning yang terdapat pada segmen abdomen, di permukaan dorsal dari toraks terdapat garis longitudinal. Sarcophaga menyukai baik kotoran hewan maupun madu dari bunga. Lalat ini juga dapat menimblkan myasis klit, hidung dan sinus, jaringan-jaringan, serta myasis pada vagina dan usus.(Karyuni.2004)
Jenis lalat terakhir yang juga ditemukan pada pengamatan ini adalah lalat Green Bottlefly, dengan cirri-ciri memiliki warna kehijauan dan mengkilap. Ciri-ciri ini sesuai dengan cirri-ciri lalat Lucilia sp. atau yang disebut juga lalat botol (green bottlefly) yaitu tubuh yang berukuran sedang, berwarna hijau metalik kebiruan. Lalat ini meletakkan telurnya pada daging atau bangkai binatang, pada luka terbuka atau pada lubang-lubang yang berbau busuk. Lalat ini menimbulkan miasis kulit, miasis intestinal dan miasis urogenital.(Karyuni.2004)
Pada praktikum ini juga ditemukan telur yang dengan mudah dapat dikenali sebagai telur lalat Green Bottlefly karena telur tersebut ditemukan menempel pada pantat lalat yang terjerat lem jebakan. Telur yang ditemukan berbentuk seperti butiran beras dan berwarna putih susu (anonim,2010).

C. Kesimpulan
Jenis-jenis lalat yang merupakan vektor penyakit yang ditemukan pada pengamatan ini adalah lalat jenis Sarcophaga, Musca, dan Lucilia.

Daftar Pustaka
Anonim.2011.Lalat.www.wikipwdia.org
Karyuni.2004.Materi Entomologi.www.wordpress.com


IDENTIFIKASI KUTU

I. Tujuan
Mengetahui jenis-jenis kutu, spesies dan cirri- cirri dari masing- masing kutu

II. Metode
Metode yang digunakan pada pratikum identifikasi kutu secara mikroskopis

III. Prinsip
Sampel kutu dimatikan dengan larutan kloroform, kemudian kutu yang sudah mati diletakkan diatas objek glass dan ditutup dengan cover glass. Diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10x.

IV. Dasar Teori
Kutu adalah serangga yang tidak bersayap dan berukuran kecil. Kutu mengacu pada berbagai arthropoda berukuran kecil hingga sangat kecil. Nama ini dipakai untuk sejumlah crustacea air kecil (seperti kutu air), serangga (seperti kutu kepala dan kutu daun), serta secara salah kaprah berbagai anggota Acarina (tungu dan caplak) yang berkerabat lebih dekat dengan laba-laba daripada serangga. Dalam arti sempit, kutu adalah serangga yang tidak bersayap dan berukuran kecil, yang dalam bahasa inggris mencakup flea ( kutu yang melompat, ordo Siphonaptera) dan louse (kutu yang lebih suka merayap, kebanyakan ordo Phtiraptera yang semuanya adalah parasit) ( anonim, 2010).
Kutu adalah ektoparasit yang kecil, tidak bersayap, dari unggas dan mamali. Serangga ini menyebabkan iritasi yang menyakitkan, dan hewan-hewan yang terinfeksi kesehatan dan berat badannya menurun. Kutu yang berbeda jenis menyerang tipe-tipe unggas dan mamalia peliharaan yang berbeda dan tiap-tiap jenisnya biasa menginfeksi suatu bagian tubuh induk semang. Tidak satupun kutu penggigit dikenal menyerang manusia. Serangga ini seringkali dibagi menjadi dua ordo yang terpisah yaitu Mallophaga (kutu penggigit) dan Anoplura (kutu penghisap). Sub ordo Anoplura mengandung beberapa jenis parasit pada hewan-hewan peliharaan dan dua jenis yang menyerang manusia. Serangga – serangga ini adalah ektoparasit yang mengganggu dan beberapa vector penyakit yang penting. Banyak kutu penggigit (sub family amblycera dan ishmocera) adalah hewan-hewan peliharaan terutama unggas. Kutu kepala adalah sejenis parasit penghisap darah yang biasanya hidup dibagian kepala. Kutu betina mampu bertelur enam biji sehari. Telur ini selalu melekat dengan kuat pada rambut. Telur-telur ini akan menetas selepas lebih kurang 8 hari (anonim, 2010).

V. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Mikroskop
2. Pinset
3. Objek glass
4. Petridish
5. Beaker glass
6. Cover glass
7. Pipet tetes

B. Bahan
1. Kutu
2. Kloroform

VI. Cara Kerja
1) Kutu ditangkap dan dimasukkan ke dalam plastic atau botol
2) Kemudian kutu dimatikan menggunakan kloroform
3) Kutu diambil menggunakan pinset
4) Kutu diletakkan di atas objek glass, kemudian ditutup dengan cover glass
5) Kemudian diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10x
6) Kemudian diidentifikasi jenis kutu tersebut







VII. Data Hasil Praktikum
1. Kutu Manusia ( Pediculus Humanis Capitis)












Ciri – cirri :
- Hidup di kepala manusia
- Ukurannya untuk betina 1,8 – 2,0 mm
Untuk jantan 1 – 1,5 mm
- Tidak bersayap
- Memiliki 3 pasang kaki, pada ujung terdapat capit
- Ukuran betina lebih besar daripada jantan
- Berwarna abu-abu
- Antena terdiri dari 5 segmen











2. Kutu Anjing ( Stenocepalides canis)













Ciri- ciri :
- Memiliki 4 pasang kaki
- Tidak bersayap
- Berwarna coklat
- Ukurannya dapat besar hingga 30 mm
- Hidup pada anjing
- Berada pada kepala, leher, telinga dan telapak kaki anjing

3. Kutu Kucing ( Ctenophalides felis)











Ciri – ciri :
- Terdapat pada kucing
- Tidak bersayap
- Bentuk tubuh gepeng
- Terdapat lekukan – lekukan
- Memiliki 3 pasang kaki
- Berwarna coklat
- Mulut penghisap
- Genal conde dan pronotal cobs sama panjang

VIII. Pembahasan
Pratikum kali ini adalah identifikasi kutu. Identifikasi ini bertujuan untuk mengetahui cara identifikasi cirri, ukuran dan bentuk dari kutu tersebut. Pemeriksaan yang dilakukan menggunakan metode pemeriksaan secara mikroskopis dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran objektif 10x.
Kutu ditangkap, kemudian diamsukkan ke dalam botol yang telah berisi kloroform. Hal ini bertujuan untuk mematikan kutu tersebut. Pemeriksaan ini menggunakan alat glass objek yang dipakai untuk tempat kutu, lalu ditutup dengan cover glass. Dibaca dibawah mikroskop. Metode pemeriksaan mikroskop ini bertujuan untuk melihat secara jelas dari bagian tubuh kutu. Hal ini dilakukan karena kutu memiliki cirri/ struktur yang berbeda.
Pada pratikum, ada beberapa jenis kutu yang ditemukan, antara lain kutu manusia (Pediculus humanis capitis), kutu anjing (Stenocepalides canis), kutu kucing (Ctenophalides felis). Pediculus humanis capitis adalah kutu yang menginfeksi bagian kepala. Terutama di bagian belakang telinga dan bagian belakang kepala yang berbatasan dengan leher. Telur kutu ini disebut nits, berbentuk oval, berwarna putih dan menempel pada rambut. Siklus hidup dari telur sampai dewasa berkisar 3 minggu dan lamanya mencapai 30-40 hari hidupnya. Bentuk dewasa hidup dengan menghisap darah manusia. Ctenocepalides canis adalah nama dari parasit kutu anjing. Kutu ini menghisap darah anjing. Kutu ini biasa ditemukan di daerah kuku anjing. Ukuran kutu ini dapat sebesar 30 mm. ctenophalides felis merupakan kutu kucing. Kutu ini memiliki perbedaan antara jantan dan betinanya.
Ctenophalides felis jantan : tubuhnya memiliki ujung posterior, antenna lebih panjang
Ctenophalides felis betina : tubuhnya bulat, antenna lebih pendek
Kutu ini menggigit mangsanya untuk dihisap darahnya. Saat menggigit, gigitannya menyebabkan iritasi dan alergi kulit bahkan gatal-gatal pada manusia maupun hewan. Selain gatal-gatal, gigitannya dapat menyebabkan penyakit akut. Contohnya penyakit yang disebabkan adalah Typus murine, Larva cacing pita dan lain-lain. Agar terhindar dari kutu, baik mamalia dan hewan sebaiknya dilakukan pencegahan yaitu menjaga sanitasi dan menghindari kontak langsung dengan hewan atau tempat- tempat yang terinfeksi.

IX. KESIMPULAN
Dari hasil pratikum dapat disimpulkan bahwa ditemukan kutu manusia, kutu anjing dan kutu kucing.

X. DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim,2010.Kutu.http://id.wikipedia.org/wiki/kutu
2. Anonim,2010.Jenis Kutu.http://wong 168.wordpress.cpm/2010/0880/jenis kutu
3. Sembel, Dantje T,2009.Entomologi Kedokteran.Yogyakarta:Penerbit Andi








IDENTIFIKASI NYAMUK
I. Tujuan
Untuk mengetahui erbedaan antara nyamuk betina dengan nyamuk jantan

II. Metode
Metode yang digunakan pemeriksaan ini adalah dengan pemeriksaan mikroskopis

III. Prinsip
Nyamuk diletakkan di jarum pentol dengan kertas ditambah kutek bening kemudian diperiksa dbwah mikroskop dan diamati nyamuk tersebut jantan atau betina

IV. Dasar Teori
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua (Nursakinah, 2008).
Nyamuk ini hidup di dalam dan di sekitar rumah. Nyamuk betina lebih menyukai darah manusia (anthropophilic) daripada darah binatang. Nyamuk ini memiliki kebiasaan menghisap darah pada jam 08.00-12.00 WIB dan sore hari antara 15.00-17.00 WIB. Kebiasaan menghisap darah ini dilakukan berpindah-pindah dari individu satu ke individu lain (Gandahusada, 1998).

Nyamuk Aedes albopictus
Nyamuk A. albopictus memiliki kesamaan morfologi dengan A.aegypti. Perbedaan keduanya terletak pada garis putih yang terdapat pada bagian scutumnya. Scutum A.albopictus berwarna hitam hanya berisi satu garis putih tebal di bagian dorsalnya (Gandahusada, 1998).
Nyamuk betina aktif di luar ruangan yang teduh dan terhindar dari angin. Nyamuk ini aktif menggigit pada siang hari. Puncak aktivitas menggigit ini bervariasi tergantung habitat nyamuk meskipun diketahui pada pagi hari dan petang hari (Lestari, 2009).

Nyamuk Anopheles
Sering orang mengenalnya sebagai salah satu jenis nyamuk yang menyebabkan penyakit malaria. Ciri nyamuk ini adalah hinggap dengan posisi menukik atau membentuk sudut Warnanya bermacam-macam, ada yang hitam, ada pula yang kakinya berbercak-bercak putih. Waktu menggigit biasanya dilakukan malam hari (Gandahusada, 1998).
Aktivitas menggigit nyamuk Anopheles di dalam rumah terjadi peningkatan pada pukul 23.00 WIB kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul 02.00 dan 03.00 dini hari, sedangkan aktivitas menggigit di luar rumah terjadi peningkatan pada pukul 24.00 WIB dan kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul 05.00 dini hari.(Rosa, 2009)

Nyamuk Culex quinquefasciatus
Nyamuk C. quinquefasciatus memiliki tubuh berwarna kecokelatan, proboscis berwarna gelap tetapi kebanyakan dilengkapi dengan sisik berwarna lebih pucat pada bagian bawah, scutum berwarna kecoklatan dan terdapat warna emas dan keperakan di sekitar sisiknya. Sayap berwarna gelap, kaki belakang memiliki femur yang berwarna lebih pucat, seluruh kaki berwarna gelap kecuali pada bagian persendian. (Lestari, 2009).

Nyamuk C. quinquefasciatus bisa hidup baik di dalam maupun luar ruangan (Russel, 1996). Spesies ini sering ditemukan di dalam rumah dan nyamuk betina merupakan nyamukyang aktif pada malam hari. Nyamuk ini lebih menyukai menggigit manusia setelah matahari terbenam (Lestari, 2009).

V. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Kertas Manila
2. Jarum pentol
3. Mikroskop

B. Bahan
1. Nyamuk

VI. Cara kerja
A. Persiapan Alat (jarum pentol)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Kertas manila dipotong membentuk segita sama kaki yang kecil
3. Segitiga itu ditusukkan pada jarum pentol hingga nempel dengan pentol jarum
4. Ditambahkan kutek bening pada segitiga tersebut
5. Diisi nyamuk pada segitiga
6. Diperiksa nyamuk tersebut dnegan mikroskop khusus nyamuk
7. Diamati hasilnya.

VII. Data Hasil Pengamatan
Ditemukan jenis nyamuk sebgai berikut:






























































VIII. Pembahasan
Praktikum identifikasi nyamuk ini dilakukab bertujuan agar praktikan bisa membedakan nyamuk jantan dan nyamuk betina.
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan letak bagian luar tubuh suatu organisme hidup. Bagian utama nyamuk dewasa betina yang penting untuk identifikasi yaitu kepala, dada dan perut. Secara umum nyamuk memiliki cirri- ciri morfologis sebagai berikut:
a. Ukuran tubuh berkisar antara 2 mm- 19 mm.
b. Tubuh dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu kepala, dada dan perut.
c. Kepala agak membulat dan dilengkapi alat- alat tubuh, meliputi :
1. Sepasang mata majemuk yang hampir bersentuhan tetapi tidak punya ocelli.
2. Sepasang antena dengan bulu- bulu, jenis bulu pada antena dapat digunakan untuk membedakan nyamuk jantan dan betina (nyamuk jantan bulunya lebat disebut plumose, sedangkan nyamuk betina bulunya jarang/ pendek disebut pillose).
3. Sepasang palpus maxilaris (bentuk dan panjangnya digunakan untuk identifikasi jenis nyamuk dan kelaminnya).
4. Sebuah probosis yang dilengkapi mulut yang berfungsi untuk menusuk dan menghisap cairan makanan atau darah.
d. Dada/ thorax terdiri atas 3 ruas/ segmen yang dilengkapi :
1. Bagian dorsal thorak tertutup oleh scutum
2. Sepasang sayap pada mesothorax dengan venasi, warna dan sisik yang khas untuk setiap spesies, sehingga dapat digunakan untuk identifikasi.
3. Sepasang halter p-ada bagian metathorax.
4. Tiga pasang kaki pada setiap ruas dada.
5. Pada batas metathorax dan abdomen terdapat scutelum.
Perut atau abdomen terdiri atas 10 segmen, pada segmen ke-9 atau 10 mengalami modifikasi menjadi alat kelamin. Dibagian posterior abdomen nyamuk betina mempunyai 2 caudal cerci yang berukuran kesil, sedangkan yang jantan memiliki organ seksual yang disebut hypopygium. Pada segmen ke-1 sampai ke- 8 terdapat spirakel pada bagian dorsal (punggung) yang berfungsi sebagai lubang hawa.
e. Vena sayap tersebar di seluruh bagian dari sayap sampai ke ujung- ujungnya, urat- urat pada sayap bersisik, sisik pada pinggir sayap berubah menjadi jumbai.
Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang untuk menembus kulit mamlia (atau dalam sebagiankasusu burung atau juga reptilia dan amfibi untuk mengisap darah). Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur dan oleh karena diet nyamuk terdiri dari madu dan jus buah, yang tidak mengandung protein, kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan pretein yang diperlukan.
Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah.
Praktikum ini memperoleh hasil ditemukan jenis nyamuk sebagai berikut:
a. Aedes aegypti
Nyamuk betina memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkai ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian punggung tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan.
Nyamuk betina lebih menyukai darah manusia daripada darah binatang.

b. Anopeles
Nyamuk anopeles betina berukuran lebih besar daripada nyamuk jantan. Ciri nyakuk ini hinggap dengan posisi menukik atau membentuk sudut, warnanya hitam dengan bercak-bercak putih. Palpi pada betina lebih panjang daripada jantan

c. Culex
Culex memiliki tubuh kecoklatan, proboscis berwarna gelap tetapi kebanyakan dilengkapi dengan susuj berwarna lebih pucat, seluruh kaki berwarna gelap kecuali pada persendian. Culex betina berukuran lebih besar daripada culex jantan, bulu-bulu culex betina lebih lebat daripada bulu-bulu culex jantan.

IX. Kesimpulan
Praktikum ini memperoleh hasil:
a. Nyamuk culex jantan dan betina
b. Nyamuk anopheles jantan dan betina
c. Nyamuk aedes aegypti

DAFTAR PUSTKA
http://www.depkes.go.id. Diakses tanggal 13 Maret 2011. Denpasar
Gandahusada, s; D. Henry; Pribadi W. 1998. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Lestari, Bekti D; Gama Z.P; Rahardi Brian. 2009. Identifikasi Nyamuk Di Kelurahan Sawojajar Kota Malang. http://biologi.ub.ac.id/files/2010/12/BSS2010ZPGBR.pdf. Diakses Tanggal 8 Maret 2011.
Nasrin. 2008. Faktor-Faktor Lingkungan dan Perilaku yang Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Bangka Barat.http://eprints.undip.ac.id/18335/1/N_A_S_R_I_N.pdf. Diakses tanggal 10 Maret 2011.
Anonim.2010. Aedes aegypti. http://www.scribd.com. Diakses tanggal 10 Mei 2011. Denpasar

Denpasar, 1 Juni 2011
Dosen Pembimbing Ketua Kelompok I

( I Wayan Merta, SKM, M.Si) (Cahya Septia Sardiawan)

Penanggung Jawab Mata Kuliah Parasitologi

(Sucipto, SKM, MPH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar